Senin, 03 Oktober 2022 3018
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Perbaikan Pola Asuh Baduta dan Pendampingan Remaja Untuk Deteksi Dini Faktor Resiko Stunting.
Oleh superadmin Monalisa
![Card image cap](https://monalisa.bkkbn.go.id/storage/news/news_20221003133231.png)
Pertumbuhan anak yang gagal tumbuh dikarenakan kurang gizi dan infeksi berulang seperti diare adalah salah satu faktor penyebab stunting, memang banyak sekali faktor yang akan mempengaruhi anak gagal tumbuh antara lain kondisi ekonomi, pengasuhan bayi yang tidak optimal, sanitasi di lingkungan keluarga dan rendah nya konsumsi makanan bergizi serta minimnya asupan vitamin dan mineral. Secara langsung anak stunting dapat dilihat dari tinggi badannya lalu dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal, dampaknya nya memang tidak akan terlihat langsung akan tetapi dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan beberapa resiko yaitu obesitas, terbatas nya kemampuan kognitif dan motorik sehingga berpengaruh pada saat usia remaja sampai dewasa yang pada akhirnya menurun nya kualitas SDM yang berujung pada produktifitas minim sehingga kesulitan mendapatkan pekerjaan karena tidak mampu bersaing di pasar kerja. Data Jumlah remaja saat ini 46 juta jiwa dengan 48% wanita dan 52% laki laki (unicef, Profile remaja 2021), bila jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa artinya ada 17% dari jumlah penduduk adalah remaja, dengan rentang umur antara 10 – 19 tahun (umur remaja menurut WHO),jumlah remaja yang cukup banyak di Indonesia memerlukan penanganan yang serius antara lain dengan meningkatkan literasi generasi remaja tentang kesehatan reproduksi dan penting nya konsumsi gizi seimbang di masa remaja, hal ini penting dilakukan untuk mempersiapkan peralihan masa remaja ke masa dewasa awal sehingga saat nanti melangsungkan pernikahan sudah siap dari segi fisik dan juga mental. Sedangkan berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2021 (PK21) yang dilakukan secara sensus baduta tercatat 4,7 juta dengan jumlah baduta terbanyak terdapat di provinsi jawa barat,
Penyuluhan dan KIE
menjadi point penting dalam perubahan perilaku, hal ini dapat dilakukan melalui
pendekatan kelompok kegiatan yang terdapat di masyarakat seperti karang taruna
ataupun penyuluhan dengan sasaran sekolah menengah pertama (SMP),sekolah
menegah atas (SMA) serta universitas atau lembaga pendidikan lainya, stunting
harus di tanggani sejak dini yaitu melalui pemberian pemahaman yang baik terhadap
perbaikan pola makan dan pola asuh kepada orang tua, remaja putri sebagai calon
ibu, dan calon pengantin tentang penting nya gizi yang harus dipersiapkan sebelum
pra konsepsi serta pemantauan ibu hamil sampai pasca persalinan guna memonitor
kehamilan yang sehat. Perubahan aspek perilaku,
terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi
bayi dan balita. Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu yang dapat memahami
pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta ruitn
memeriksakan kandungan selama kehamilan, bersalin di fasilitas kesehatan, inisiasi
menyusu dini (IMD) dan memberikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Untuk
pemantaun secara berkala dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan. Hal
lain yang juga perlu diperhatikan adalah dengan memberikan hak anak untuk mendapatkan
kekebalan dari penyakit berbahaya yaitu melalui imunisasi lengkap, dalam hal
ini pemerintah menjamin ketersediaan stok imunisasi dan keamanannya. Masyarakat
bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya dengan mengunjungi Posyandu atau
Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kegiatan posyandu merupakan
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan lokus RW atau RT, artinya mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang mebutuhkan sekaligus bentuk pemantauan dan pencegahan
penyakit yang berkembang di masyarakat, di posyandu lah evaluasi kesehatan
baduta,balita dan lansia dapat termonitor secara baik sehingga kesehatan
masyarakat dapat terpelihara dan percepatan penurunan stunting dapat terkendali
melalui pendekatan kepada kelompok sasaran keluarga beresiko stunting.
Penulis :
Ridwan
Fadjri Nur
Penata
Kependudukan dan KB Ahli Madya
Reducing Stunting Rates Through Intervention for Adolescent Girls and Pregnant Women's Nutrition
Oleh Ridwan Fadjri Nur
Penanganan “Cegah Stunting” Berbasis Keluarga Beresiko Stunting
Oleh Monalisa Cantika
Yuk Kenali Stunting
Oleh Monalisa Cantika
Konsumsi Makanan Sehat, Apakah Penting….?
Oleh Monalisa Cantika
Podcast Keluarga Jakarta Mencegah Stunting Sejak Dini
Oleh DPPAPP Jakarta
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Perbaikan Pola Asuh Baduta dan Pendampingan Remaja Untuk Deteksi Dini Faktor Resiko Stunting.
Oleh superadmin Monalisa
TIM PENDAMPING KELUARGA SEBAGAI PENAKLUK STUNTING DI INDONESIA
Oleh superadmin Monalisa
POSYANDU SENTRAL KESEHATAN BAGI IBU DAN BALITA
Oleh Superadmin Monalisa